Totaliterisme dan Pemujaan Kepribadian – 15 Tahun Kekuasaan Putin Dalam Teks dan Opini

16 Agustus 2014
Sumber: Euromaidan Press

15 tahun silam, pada 9 Agustus 1999, Presiden Rusia Boris Yeltsin menunjuk direktur samar FSB Vladimir Putin sebagai kepala pemerintah, menyebutnya “pewaris”.

Vladimir Putin mengawali karir sebagai birokrat biasa yang mengabdi di dewan kota St. Petersburg. Selama lima belas tahun berikutnya dia berkembang menjadi pemimpin negara berkaliber dunia—pada 2007, Time menyatakannya sebagai Man of the Year. Menurut Forbes tahun lalu, peringkat Putin lebih tinggi daripada sejawat Amerika-nya, Barack Obama, dalam hal pengaruh global.

Novoye Vremya mempublikasikan pidato dan kutipan dari Putin sendiri, serta pendapat orang-orang dari beragam latar belakang mengenai dirinya dan kebijakannya.

Salah satu video populer tersebut memperlihatkan wawancara Putin dari masa ketika dia mengepalai Pemerintahan Presiden Federasi Rusia. Dalam wawancara itu Putin menjelaskan bahayanya Rusia kembali ke otoriterisme atau bahkan totaliterisme. Ironisnya, banyak dari prediksinya menjadi kenyataan selama kekuasaannya kemudian.

Penunjukannya sebagai Perdana Menteri dan pewaris Yetlsin mendapat sambutan dingin dari elit politik yang mengevaluasi masa depan Putin secara pesimis. “Jika Yeltsin mendeklarasikan seseorang sebagai pewarisnya, berarti dia pasrah dengan masa depan politik mereka. Ini sudah terjadi berkali-kali,” kata Gennady Selezniov, kala itu mengepalai Parlemen.

Miliarder Boris Berezovsky mendukung Putin. Dia mengungkapkan dukungan ini dalam berbagai wawancara: “Dia paham realitas, dunia modern, dia punya kemauan, dia mengambil langkah konkret dan dia bukan populis. Putin adalah sosok yang penunjukannya membuat saya mempertimbangkan untuk pulang dan tinggal di Rusia. Kami, kaum oligarki, akan mendukung pencapresan Putin.”

Namun, sejak awal 2001, di tahun kedua Putin sebagai Presiden, Berezovksy berubah pikiran. “Saya ingin tekankan, meski tingkat dukungan untuk Putin sangat tinggi, kemampuannya nol. Dia tak bisa melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan… Dia tak berisi, tempurung kosong… Saya termasuk yang pertama menyadari ketakberisian ini, karena saya dekat dengannya. Ketika dia naik berkuasa, saya melihat ketakberisiannya, janji-janji kosongnya.”

Bahasa yang digunakan dalam pidato pelantikan Putin pada 2000, 2004, dan 2012 serta pidatonya di Munich pada 2007 dan pidato “Crimea”-nya pada 2014 menunjukkan perubahan titik berat dan nilai kunci sang pemimpin Rusia.

Pada 2004 silam, pakar politik kondang Amerika, Zbigniew Brzeziński, membuat komentar miring tentang periode pertama Putin sebagai Presiden: “Rezim Tn. Putin memiliki banyak kemiripan dengan fasisme Mussolini. Rezim fasis ini berspekulasi soal gagasan keagungan negara, kedisplinan, dan menjunjung tinggi mitos ‘masa lalu jaya’ mereka. Tn. Putin sedang mencoba memadukan tradisi Cheka (Gestapo-nya Lenin, di mana kakek Putin memulai karir) dengan pemerintahan gaya Stalin di masa perang, dengan klaim status Roma Ketiga dari Gereja Ortodoks Rusia, dan dengan impian Slavofil negara Slavik raya di bawah Kremlin.”

Di sisi lain, para pengikut Putin menaburinya pujian yang mendekati penjilatan khidmat dan hilangnya akal sehat.

“Bagaimana Anda bisa percaya Putin salah? Tak masuk akal!” kata Vladimir Churov, kepala Central Elections Committee, dalam wawancaranya dengan Kommersant pada 2007.

Ilmuwan politik Alexandr Dugin mengungkapkannya lebih baik lagi dalam wawancara dengan Izvestiya pada 2008. “Tak ada tentangan lagi terhadap jalan Putin; mereka yang berselisih adalah orang-orang sakit jiwa dan harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Putin ada di mana-mana, Putin adalah segalanya, Putin adalah mutlak, Putin tidak tergantikan,” tuturnya.

Sutradara Fyodor Bondarchuk sependapat. “Vladimir Putin adalah alasan di balik kesuksesan industri film kita,” kata Bondarchuk di forum dukungan untuk Putin pada 2007. “Seluruh kesuksesan dalam sinematografi terkait dengan Vladimir Putin.”

“Begitu saya bertemu Vladimir Vladimirovich, jiwa saya gembira, sebab dia kiriman Tuhan, manusia super… Yeltsin adalah pembinasa, dan Tuhan Bapa menggantinya dengan pencipta. Saya menyadarinya langsung… Dalam salah satu inkarnasi terdahulunya, Putin adalah Paul sang Rasul,” kata pengikut sekte keagamaan “Rus Ressurrected” tersebut dalam wawancara dengan Moskovsky Komsomolets pada 2007.

Bahkan pendukung Putin paling kukuh, Presiden Belarusia Alexandr Lukashenko, menyadari pemujaan kepribadiannya. Pada Oktober 2007 dia menghadiri konferensi pers untuk media regional Rusia. Usai memantau beberapa pertemuan partai Yedinaya Rossiya-nya Putin selama konferensi pers, dia jadi khawatir Rusia sedang kembali ke Uni Soviet, “di mana lazim untuk berjingkrak dan berteriak ‘jayalah Partai Komunis!’ pada saat rapat politik”.

Tahun-tahun kebijakan Putin telah mempolarisasi pendapat khalayak—antara dukungan mutlak dari pejabat dekat dan terkendali dan mayoritas rakyat Rusia dan kritik tajam dari pihak oposisi dan intelektual.

“Saya bersyukur pada Tuhan atas kehadiran Putin dan menghormati Yeltsin atas dua hal yang dia lakukan dalam hidupnya. Pertama, dia menyerahkan tiket partainya. Kedua, dia membawa Putin ke kekuasaan,” kata sutradara Nikita Mikhalkov pada 2008.

“Demokrasi Anda tak mengenal batas!” puji Valentina Matviyenko, gubernur St. Petersburg, kepada Putin di tahun 2008.

“Allah menunjuknya untuk posisi ini… Putin adalah anugerah Tuhan, dia memberi kita kebebasan… Orang seperti itu adalah penemuan sesungguhnya bagi Rusia. Selama kesehatannya memungkinkan, kita harus berlutut memohon kepadanya untuk memerintah negara ini,” kata Ramzan Kadyrov (pemimpin Republik Chechnya) di tahun 2007.

“Satu-satunya alasan di balik tindakan Putin adalah dia sendiri. Ketakutan dan kebencian mendorongnya. Tak ada yang lain. Dia adalah seseorang yang mencemaskan dirinya semata, keadaan batinnya, keinginannya, kelainannya, ketakutannya. Saya ulangi, ketakutan dan kebencian menuntunnya,” kata Yevgeniya Albats, kepala editor The New Times, pada 2013.

“Putin berkata: ‘Magnitskiy (pengacara, yang mati sebagai martir di penjara Matrosskaya Tishina), dia mati karena gagal jantung.’ Saya kira dia mati karena gagal jantung Putin,” komentar Yuriv Nornstein, kartunis.

“Putin bukan orang rata-rata, dia orang medioker. Medioker, jelek, pendendam, rabun politik, tidak terlalu berpendidikan, dan lain-lain. Kita bisa teruskan daftar ciri-ciri tak pantas ini. Dan banyak dari perbuatannya, reaksinya, dan kebiasaannya menampakkan sosok medioker ini, yang tiba-tiba mendapati dirinya memegang tanggungjawab atas sumberdaya dan pengaruh tak terbatas. Kini, setelah berada di situ, dia mulai menunjukkan warna aslinya,” kata Artemiy Troitskiy, kritikus musik, pada 2011.

Media yang dikendalikan Kremlin terus mengolah “pemujaan kepribadian Putin” di tengah pencaplokan Crimea dan konflik di Donbas. Alhasil, dukungan untuknya di antara penduduk mencapai puncak tak terbayangkan, melewati 80%.

Periode “ketiga” Vladimir Putin berakhir di tahun 2018; saat itu dia akan punya hak untuk terpilih kembali untuk periode enam tahun berikutnya berkat amandemen cerdik terhadap Konstitusi. Rencana baru apa yang akan Vladimir Putin tetaskan dan seperti apa keputusannya nanti, itu tetap intrik masa lalu, yang akan mempengaruhi perjalanan politik dunia.

Gara-gara kebijakan agresif terhadap Ukraina, Putin telah menjadi sampah di mata masyarakat global—sampul-sampul terbitan top dunia menampilkan Putin sebagai diktator haus darah yang menua.

Sumber: Sprotyv
Diterjemahkan oleh Mariya Shcherbinina
Disunting oleh Anna Palagina

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.